Laman

Selasa, 28 Desember 2010

Silsilah Semar

Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Sejarah Semar

Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439.
Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.
Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.
Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.

Senin, 20 Desember 2010

PERANG BUBAT

Perang Bubat adalah perang yang kemungkinan pernah terjadi pada masa pemerintahan raja Majapahit, Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada. Persitiwa ini melibatkan Mahapatih Gajah Mada dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat pada abad ke-14 di sekitar tahun 1360 M. Sumber-sumber tertua yang bisa dijadikan rujukan mengenai adanya perang ini terutama adalah Kidung Sunda dan Kidung Sundayana yang berasal dari Bali.

Rencana pernikahan

Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit; yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara
Namun catatan sejarah Pajajaran yang ditulis Saleh Danasasmita dan Naskah Perang Bubat yang ditulis Yoseph Iskandar menyebutkan bahwa niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit, dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajyatajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.

AL-QUR’AN SEBAGAI PEMBELA DI HARI AKHIRAT

j
Abu Umamah r.a. berkata : “Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur’an, setelah itu Rasulullah S.A.W memberitahu tentang kelebihan Al-Qur’an.”
Telah bersabda Rasulullah S.A.W : Belajarlah kamu akan Al-Qur’an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya.”
Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, ” Kenalkah kamu kepadaku?” Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : “Siapakah kamu?”
Maka berkata Al-Qur’an : “Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari.”
Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur’an itu : “Adakah kamu Al-Qur’an?” Lalu Al-Qur’an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.
Pada kedua ayah dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : “Dari manakah kami memperoleh ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?”

Andai alqur’an Bisa Bicara


Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari Setelah usai engkau pun selalu menciumku mesra
Sekarang engkau telah dewasa... Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku... Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah... Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?
Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di mesjid.....
Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa. Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan... Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah) Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun E-mail temanmu yang ada ayat-ayat kupun kadang kau abaikan Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu

Kamis, 09 Desember 2010

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu ia bertanya kepada mereka,

1. "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman,
dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi menurut Imam Ghozali yang paling dekat dengan manusia adalah "mati".Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Lihat QS. Ali Imran ayat 185)
2. Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari,dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikanadalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan harihari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
3. Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?" .
 Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
4. Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab dengan jawaban, baja, besi, dan gajah. "Semua jawaban hampir benar," kata Imam Ghozali, "tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" sebagaimana firman Allah dalamsurat Al Ahzab ayat 72.
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
5. Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?
".Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan sholat. Gara -gara pekerjaan kita tinggalkan solat,gara -gara meeting kita tinggalkan sholat.
6. Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?
".Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri……??????

Calung Salah satu Alat music sunda (Jawa Barat)


Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.
Daftar isi
Calung Rantay
Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
Calung Jinjing
Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek dan solorok.
Perkembangan
Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal secara umum yaitu calung jinjing. Calung jinjing adalah jenis alat musik yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Sunda, misalnya pada masyarakat Sunda di daerah Sindang Heula - Brebes, Jawa tengah, dan bisa jadi merupakan pengembangan dari bentuk calung rantay. Namun di Jawa Barat, bentuk kesenian ini dirintis popularitasnya ketika para mahasiswa Universitas Padjadjaran (UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan Mahasiswa (Lembaga kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini melalui kreativitasnya pada tahun 1961. Menurut salah seorang perintisnya, Ekik Barkah, bahwa pengkemasan calung jinjing dengan pertunjukannya diilhami oleh bentuk permainan pada pertunjukan reog yang memadukan unsur tabuh, gerak dan lagu dipadukan. Kemudian pada tahun 1963 bentuk permainan dan tabuh calung lebih dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari Studiklub Teater Bandung (STB; Koswara Sumaamijaya dkk), dan antara tahun 1964 - 1965 calung lebih dimasyarakatkan lagi oleh kawan-kawan di UNPAD sebagai seni pertunjukan yang bersifat hiburan dan informasi (penyuluhan (Oman Suparman, Ia Ruchiyat, Eppi K., Enip Sukanda, Edi, Zahir, dan kawan-kawan), dan grup calung SMAN 4 Bandung (Abdurohman dkk). Selanjutnya bermunculan grup-grup calung di masyarakat Bandung, misalnya Layung Sari, Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga dewasa ini bermunculan nama-nama idola pemain calung antara lain Tajudin Nirwan, Odo, Uko Hendarto, Adang Cengos, dan Hendarso.
Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga ada penambahan beberapa alat musik dalam calung, misalnya kosrek, kacapi, piul (biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan keyboard dan gitar. Unsur vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak bermunculan vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos, dan Hendarso.

Berbagai sumber

Selasa, 07 Desember 2010

jalan jalan yang menyenangkan



Sungai Cikaso di tatar Sunda pakidulan adalah salah satu sungai yang jadi favorit saya. Kenapa ? Ada bagian sungai sekitar hampir > 10 km yang relatif lurus. Sudah beberapa kali saya kesana. Untuk bermain, menikmati panorama sepanjang sungai sampai muara. Malahan saya pernah (saat itu masih ada vila dekat muara). Biasanya saya kalo bareng-bareng berangkat pake perahu dari pangkalan dekat jembatan. Pernah pula, saat banjir besar saya melihat Cikaso lagi "murka". Air naik hampir sekitar 5 meter ! Warung dan rumah dibawah jembatan terendam air yang berwarna coklat dengan suara gemuruh dan arus membawa batang pohon menyapu sekitarnya ! (bisa juga untuk olah raga "extreme" arung banjir !). Tapi kalo lagi ramah, airnya tenang dan relatif jernih. Memang agak kehulu dari jembatan adan riam-riam kecil yang bisa dipake untuk arung jeram. Aki "mimpi" Adia. Seandainya bagian sungai ini ditata dengan baik (dari semua segi) dan menarik; bisa menjadi tempat rekreasi keluarga yang potensial. Canoeing, kayaking dan olahraga air bisa dilakukan ! Atau melihat-lihat perkebunan karet. Mau olah raga naik tebing juga, ada tebing yang bisa didaki dan curam, atau mau mancing. Rumah penduduk yang ada disepanjang tepian sungai bisa menjadi "homestay" untuk yang berkunjung. Ada orang yang jualan degan, buah-buahan, makanan dan kerajinan masyarakat, dll. Asal ditata dan dan dibina dengan baik pasti masyarakat akan senang ! Pokoknya lingkungan, konservasi dan wisata jalan dengan baik dukungan masyarakat. Kapan mimpi ini terwujud. Semua sungai yang mengalir ke selatan di tatar Sunda senangi; sekitar Pangandaran, Batu Karas, Cijulang, Cipatujah, Cibuaya, Cidaun, Cikarang, Ciletuh, Cimandiri, Cimadur, dll. Airnya (sebagian) masih bersih (potensi sumberdaya air tawar !, perikanan). Sekitar 500-600 meter dari jembatan ada air terjun yang cukup baik untuk dilihat. saya berharap suatu ketika saya (mungkin dengan ayah dan ibu) bisa menyaksikan (seandainya masih ada) keindahan-keindahan yang telah dikaruniakan Alloh SWT kepada kita.
saya waktu ke Cikaso kali ini bareng sama ujang miptah (anak mamang). Ya paling tidak bisa memperlihatkan dia dari sisi lain.
Di bantaran sungai cikaso sebelah kanan kalo kita menyusuri sungai cikaso maka kita akan mendapat kan Air terjun yang diberi nama Air terjun Panganten menurut beberapa sumber dari masyarakat pemandangan yang indah apa lagi di waktu musim penghujan karena air terjunnya mengeluarkan air yang deras. Dan banyak para turis yang datang ke sana. Ini buka promosi loh tapi mengajak mengunjungi wisata tersebut.